Sekarang Saya akan berbagi cerita bagaimana tahap-tahapan proses Saya menjadi Penerjemah.
Belajar di bangku kuliah (pendidikan formal):
Ini adalah tahapan awal atau fondasi dasar bagi seseorang yang ingin menjadi Penerjemah. Di bangku kuliah, kita diajarkan semua materi dasar, dari mulai bicara, mendengar, membaca, menulis, tata bahasa, ejaan Pinyin, pelafalan, kosa kata hingga mengetik huruf mandarin. Ini merupakan pendidikan dasar yang harus kita kuasai lebih dulu sebelum kita meningkat ke level yang lebih tinggi. Setelah pendidikan selesai, berarti kita sudah memperoleh Basic Mandarin. Akan tetapi Basic Mandarin ini belumlah cukup bekal buat kita untuk menjadi penerjemah.
Belajar dari buku-buku Mandarin di luar pendidikan formal:
Saya banyak melakukan survei buku-buku mandarin apa saja yang bagus untuk Saya pelajari, agar ilmu Saya bertambah. Saya pergi ke toko-toko buku umum, toko-toko buku khusus Bahasa Mandarin dan kios-kios buku & majalah Mandarin. Akhirnya Saya menemukan buku dan materi pelajaran yang bagus di toko buku yang khusus menjual buku-buku impor mandarin di daerah kota (Pancoran). Di sana koleksi bukunya sangat lengkap dan banyak pilihan. Sampai bingung Saya mau membeli yang mana. Akhirnya setelah pilih-memilih, Saya putuskan untuk membeli dulu buku yang levelnya dasar. Nanti setelah selesai dipelajari bisa dilanjutkan lagi dengan buku yang levelnya lebih tinggi. Saya memutuskan memilih buku teks cerita, karena Saya ingin menambah kosa kata mandarin. Semua pilar sudah Saya kuasai saat di bangku kuliah, jadi Saya tinggal menambah kosa kata saja. Lumayan banyak buku yang Saya beli dan lumayan juga waktu yang Saya butuhkan untuk mempelajarinya.
Belajar membaca koran:
Setelah kosa kata Saya sudah lumayan banyak, Saya mengujinya dengan mencoba membaca koran berbahasa mandarin. Berbagai macam artikel dan rubrik koran Saya baca. Saya sengaja membaca beragam rubrik guna menambah kosa kata yang lebih khusus. Tujuannya supaya Saya bisa memahami berbagai bidang usaha. Kosa kata yang tidak saya mengerti, saya tandai dengan stabilo. Lalu Saya mencari artinya lewat kamus. Saya hafalkan artinya dan saya catat kata-katanya. Saya lakukan hal ini setiap hari secara konsisten dan disiplin. Setelah lewat beberapa waktu, kembali Saya menguji diri sendiri, sudah semampu apa Saya membaca koran. Saya coba menghitung berapa banyak kata yang sudah bisa Saya baca dan mengerti dalam satu artikel. Saya juga menghitung berapa banyak kata yang tidak bisa Saya baca dan mengerti. Saya menghitung semua artikel yang Saya baca. Setelah datanya sudah terkumpul semua, Saya hitung berapa prosentasenya. Dari seluruh kata di dalam artikel, berapa prosentase kata yang bisa Saya baca. Juga berapa prosentase kata yang tidak bisa Saya baca. Saya menghitung prosentasenya setiap hari secara konsisten. Tentu saja setiap hari prosentasenya tidak sama. Tapi yang jelas semakin lama prosentase kata yang tidak bisa Saya baca menjadi semakin kecil dan prosentase kata yang bisa Saya baca menjadi semakin besar. Setelah beberapa waktu, saya mendapat perbandingan 90 : 10. 90 itu adalah prosentase kata yang bisa Saya baca dan 10 adalah prosentase kata yang tidak bisa Saya baca. Berarti dengan hasil ini, Saya sudah bisa membaca koran 90% mengerti artinya. Yang tidak Saya mengerti hanya 10% saja. Dari awal, target Saya adalah, apabila Saya sudah mampu membaca koran sampai 90%, berarti Saya sudah berhasil.
Coba-coba menerjemahkan secara vice-versa:
Setelah bisa membaca koran, tahap selanjutnya adalah menguji kemampuan diri dalam menerjemah. Pertama, Saya menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia lebih dulu. Saya kumpulkan materi-materi yang Saya anggap menarik untuk diterjemahkan. Kalau ada kata yang Saya lupa, Saya langsung buka kamus. Begitulah, Saya latihan menerjemah tanpa bantuan siapa-siapa. Saya belajar dan latihan secara otodidak. Guru Saya hanyalah kamus Mandarin-Indonesia. Untuk mendukung pelajaran Saya, Saya memilih kamus Mandarin-Indonesia yang paling bagus dan paling lengkap. Sekarang kamus Saya ini sudah tidak dijual lagi di toko buku. Beruntung Saya bisa mendapatkan buku kamus ini. Saya memilih bahan artikel yang panjang dan menarik untuk diterjemahkan. Sampai hari ini, hasil-hasil terjemahan Saya ini masih Saya simpan dan Saya bundel dengan rapi. Jadi kenang-kenangan seumur hidup. Setelah berhasil dengan terjemahan Indonesia, Saya beralih ke terjemahan Mandarin. Untuk bahan kali ini Saya memilih sebuah cerpen klasik Tiongkok. Bahasa aslinya Bahasa Indonesia, Saya alihkan ke dalam Bahasa Mandarin. Setelah selesai terjemahannya, Saya lanjut dengan memilih sebuah cerita novel pendek karya Agatha Christie untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin. Setelah selesai, semua hasil terjemahan Saya perlihatkan kepada keluarga kami yang bisa Bahasa Mandarin untuk di-review. Biar ada pihak kedua yang menilainya, bagus atau tidak.
Nah, setelah ujian penerjemahan selesai. Saya lanjut dengan mulai mencari pekerjaan di bidang Bahasa Mandarin.
Mulai bekerja di bidang Bahasa Mandarin:
Dengan bekal lampiran hasil terjemahan Saya, Saya memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan yang memakai Bahasa Mandarin. Di luar dugaan Saya, ternyata proses pencarian kerja Saya berlangsung sangat lancar. Dalam waktu singkat, Saya sudah diterima bekerja di perusahaan. Padahal saat itu Saya belum punya pengalaman kerja sama sekali di bidang Mandarin. Hanya dengan contoh hasil terjemahan yang Saya lampirkan dalam CV saya, ternyata bisa menarik perhatian dan minat dari pihak perusahaan. Tentu saja, pada saat rekrutmen, Saya juga dites kemampuan Bahasa Mandarin Saya. Dan Saya lulus dan diterima bekerja.
Bekerja sebagai Penerjemah di berbagai perusahaan dengan berbagai bidang usaha:
Setelah bekerja mengumpulkan pengalaman, Saya berhasil diterima bekerja di berbagai perusahaan dengan berbagai bidang usaha. Saya bersyukur. Dengan begitu, Saya bisa menguasai Bahasa Mandarin dalam berbagai bidang usaha. Saya banyak memperoleh istilah-istilah khusus di berbagai bidang ilmu, yang mana istilah-istilah ini tidak bisa kita dapatkan di dalam kamus umum mandarin yang dijual di toko-toko buku sekarang, bahkan di kamus umum Mandarin-Indonesia Saya yang sudah lengkap itu pun tidak ada istilah-istilah itu.
Terjun sebagai Penerjemah Lepas (Freelance):
Terjun sebagai Penerjemah Lepas (Freelance):
Setelah lewat sekian tahun, Saya mulai terjun sebagai Penerjemah Lepas yang bekerja sendiri, bukan penerjemah lepas yang tergabung di dalam agensi atau Biro Penerjemahan. Di sini ilmu menerjemah Saya terus meningkat dengan pesat. Istilah-istilah yang berhasil Saya kumpulkan semakin banyak, bahkan sudah mencapai 8 Binder banyaknya. Rencana jangka panjang Saya adalah, istilah-istilah khusus ini akan Saya bukukan lewat E-Book atau diterbitkan melalui penerbit. Biar ilmunya bisa dibagi dan diamalkan kepada siapa saja.
Belajar terus-menerus:
Belajar terus-menerus:
Apakah setelah Saya berhasil menjadi Penerjemah, Saya sudah berhenti belajar? Jawabannya adalah sebaliknya! Tidak ada kamus untuk berhenti belajar, bila ingin menjadi Penerjemah yang baik. Saat ini pun Saya masih giat belajar. Sampai Kamus Mandarin pun Saya bedah!
Begitulah ceritanya, sejalan dengan waktu, kemampuan menerjemah Saya juga semakin meningkat dan semakin trampil. Dan akhirnya, jadilah Saya seperti sekarang ini, seorang Penerjemah dengan jam terbang yang cukup tinggi.
Saya bisa sharing pengalaman hidup Saya, karena Saya benar-benar mengalami sendiri tahapan-tahapan prosesnya. Bagaimana dari seorang pemula menjadi seorang yang ahli.
Semoga para calon Penerjemah yang masih pemula bisa menarik manfaat dari tulisan Saya ini. Silahkan ikuti tips-tips yang Saya tulis di blog ini dan niscaya apa yang kalian cita-citakan bisa berhasil terwujud.
Sumber Gambar: https://sogou.com
********
No comments:
Post a Comment