Search This Blog:

Select Language To Translate Articles Here:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

2018-03-09

Contoh Terjemahan 2 Anugerah Di balik Sebuah Musibah

Contoh terjemahan 2 (dari Bahasa Mandarin ke dalam Bahasa Indonesia):

Teks asli (dalam Bahasa Mandarin - Tulisan Tradisional):








Hasil Terjemahanku (dalam Bahasa Indonesia) :

Kesaksian sebuah keluarga di Taiwan:

ANUGERAH DI BALIK SEBUAH MUSIBAH

Dokter memberitahu kami: Your baby, everything is fine except no Poo Poo Hole (bayi penderita kelainan tanpa lubang anus). Mendengar berita ini, serasa pandanganku mendadak menjadi gelap semua. Nafas menjadi sesak. Aku terhuyung mundur beberapa langkah, jatuh terduduk di atas kursi….
 
Setiap kali merayakan Natal, pada saat lagu Malam Kudus berkumandang, aku tidak bisa melupakan malam itu, malam saat bayi kami lahir…

Sehari sebelum hari Natal, pada pukul 18.00 malam, aku masih berada di ruang rekaman. Aku sedang melakukan pekerjaan mixing suara. Saat itu, isteriku  menelpon bahwa  rasa sakitnya timbul setiap lima menit sekali. Aku segera melarikan mobil pulang ke rumah. Setelah menelan beberapa suap nasi, aku langsung buru-buru mengepak pakaian dan keperluan untuk opname dan memasukkannya ke dalam mobil serta langsung melarikannya ke Rumah Sakit Anak SAN FRANCISCO.

Keesokan harinya, kira-kira pukul 03.30 subuh, isteriku dibawa ke dalam kamar bersalin. Pada waktu itu, di dalam hatiku ada perasaan gembira juga rasa takut. Gembira karena sebentar lagi akan melihat rupa darah dagingku, takut karena aku belum pernah mengabadikan peristiwa kelahiran seorang bayi. Begitu sampai di kamar bersalin, aku segera memasang dan mengatur kamera rekaman serta dua perangkat kamera, bersiap-siap mengabadikan secara lengkap peristiwa bersejarah ini. Bidan melihat bahwa rasa sakit sudah mencapai puncaknya, lalu meminta pasien mulai mendorong dengan sekuat tenaga. Dan tugasku adalah dengan satu tangan terus menggengam erat tangan isteriku sedangkan satu tangan lagi  mengatur ketiga buah kamera tersebut. Bahkan aku masih sempat membasahi bibir isteriku yang kering pecah dengan potongan es. Pada saat bidan berteriak:
   
1,2,3,…..10, tahan napas, dorong sekuat tenaga, PUSH! 
 
Aku tidak hanya ikut melakukannya, melainkan juga mengulangi kata-kata instruksi bidan tersebut dengan bahasa Mandarin. Aku malah meminta isteriku menirukan cara aku mengajari murid-muridku menyanyi mengeluarkan suara lewat Dan Tian (beberapa cm di bawah pusar). Sampai kira-kira pukul 06.00 pagi, sudah mulai kelihatan kepala bayi. Saat itu dokter juga sudah datang, dan semua peralatan pun sudah dipersiapkan.

Satu jam berikutnya adalah puncak proses persalinan. Di seluruh ruang persalinan dipenuhi oleh suara-suara melengking dari tiga orang wanita dan seorang pria (dokternya seorang wanita). Teriak-teriakan memberi semangat serta suara-suara instruksi dari angka 1 sampai dengan 10 terus menerus terdengar. Dari Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, bahkan sampai terdengar sepatah dua patah kata Bahasa Kanton [dokternya adalah orang Guang Dong (Cantonnese). Sampai pukul 07.05 pagi, akhirnya kami mendengar suara kelima.    
 
Wa wa wa…. Bayinya sudah lahir! 
 
Melihat saat-saat sang bayi meluncur keluar, saking terharunya aku berteriak-teriak:    
 
Baby, baby, it’s a baby!
 
Dengan satu tangan masih menggengam erat tangan isteriku dan  satu tangan lagi memegang kamera, dengan antusiasnya aku memotret. Bahkan pada waktu dokter memintaku memotong tali pusarnya, tanganku yang satu lagi masih terus memegang kamera yang masih merekam. Karena itulah aku dipanggil oleh sang dokter (Mr. Do It All).

Pada saat sang dokter menjahit luka persalinan isteri, aku berdiri di samping dengan gembiranya bermain-main dengan bayi perempuanku. Dua jam kemudian, dokter spesialis anak datang untuk memeriksa bayiku. Sungguh tak kusangka dia berkata seperti ini kepada kami:
 
Bayi kalian sehat hanya saja tidak memiliki lubang anus!
 
Setelah melalui perjuangan yang susah payah mengandung selama sepuluh bulan lamanya serta penderitaan semalam suntuk dengan cucuran darah, mendengar berita ini mendadak saja pandanganku menjadi gelap. Napas menjadi sesak. Aku terhuyung-huyung mundur beberapa langkah, dan jatuh terduduk di atas kursi. Pada waktu itu aku bisa merasakan seperti apa rasanya penyakit Lemah Jantung yang orang-orang sebut itu. Pada saat itu hatiku seperti terperosok jatuh ke dalam lembah yang dalam. Sungguh tidak berani membayangkan langkah selanjutnya yang harus kuambil. Atau bisa juga dikatakan, aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi apa yang akan terjadi nanti. Aku yakin sekali isteriku pada saat itu juga pasti mempunyai perasaan yang sama sepertiku.

Dengan cepat bayiku dimasukkan ke dalam ruang perawatan. Dokter dan perawat datang menghiburku:
 
Rumah sakit ini sudah seratus tahun lebih menghadapi dan mengalami berbagai macam penyakit yang sulit dan berat, dan lagi kami mempunyai dokter spesialis bedah anak yang paling baik di seluruh Taipeh.
 
Aku berdiri di dalam ruang perawatan. Yang terlihat di depan mataku semuanya adalah bayi-bayi yang bermasalah. Ada yang pertumbuhannya abnormal, ada yang lahirnya prematur. Sebagian besar dari mereka tinggal di dalam inkubator. Terlihat bayiku pun ada di antara mereka. Malah dipasangi selang pada saluran pencernaannya, juga ada selang infus. Melihat ini aku tidak bisa lagi mengendalikan perasaanku. Aku pun menangis. Karena tubuh isteriku masih lemah, hari-hari pertama aku sendirian bolak-balik kamar pasien dan ruang perawatan. Rencana semula yang sudah bersiap-siap menelpon mengabarkan kabar gembira kepada semua orang akhirnya batal. Sekarang berubah menjadi permohonan doa dari orang-orang. Tidak henti-hentinya aku bertanya kepada Tuhan:    
 
Tuhan, mengapa? Mengapa aku begitu setia melayaniMu, putriku justru mengalami keadaan yang paling ditakuti oleh orang-orang Tionghoa yakni begitu dilahirkan tidak memiliki lubang pantat! Salah-salah orang-orang akan mengira kami telah melakukan hal-hal yang tidak bermoral!

Aku dan isteri tidak henti-hentinya berdoa di hadapan Tuhan. Memohon kepadaNya agar selalu mengingatkan kami, mengampuni semua dosa kami. Kami takut kami telah menyakiti hati Tuhan sehingga kami dihukum olehNya. Pada waktu itu di dalam hatiku muncul Mazmur 139 yang berbunyi:
 
[Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku]. 
 
Sampai hari kedua, kasih karunia Tuhan berupa damai sejahtera secara luar biasa melingkupi kami. Di dalam hati muncul lagi dua ayat Alkitab yang berbunyi:
 

[Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu], [Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa]. 

Menyadari ini semua, aku segera berlutut di hadapan Tuhan dan berkata:

Tuhan, semua makhluk adalah ciptaanMu, seluruh napas hidup kami adalah karuniaMu. Terima kasih Engkau telah memberikan Ya Ya – puteri kami, bagaimanapun rupa yang diberikan kepadanya, aku tetap berterima kasih kepadaMu.

Setelah selesai berdoa, aku merasa sangat lega. Maka dengan jelas aku dapat mendengar Tuhan berkata kepadaku:

Aku ingin pada saat dia lahir, serahkanlah dia ke dalam tanganKu. Biarkan dia selama hidupnya berjalan di dalam Firmanku.

Bukan hanya itu, ketika Bapak Pendeta datang mendoakan Ya Ya juga mendapatkan petunjuk – Tuhan ingin puteriku begitu lahir sudah mengalami tantangan yang begitu berat, kelak pasti akan ada hikmah yang besar. Ketika kabar Ya Ya akan mulai dioperasi tersebar di kalangan jemaat gereja, tidak tahu ada begitu banyak sahabat yang memohon berkat dan berdoa baginya. Kami sungguh-sungguh sangat berterima kasih kepada Tuhan, yang telah membuat Ya Ya mendapatkan begitu banyak perhatian sejak dilahirkan.

Setelah selesai dioperasi, puteriku masih harus mengandalkan bantuan alat pernapasan selama dua hari. Akan tetapi operasi berjalan sangat sukses. Dia pada hari yang kelima sudah bisa minum ASI ibunya secangkir kecil untuk yang pertama kalinya. Ternyata bagian bawah poros ususnya salah masuk ke dalam lubang saluran pembuangan air kencing. Setelah dioperasi, poros ususnya sudah tersambung kembali seluruhnya dengan pintu anus. Ditambah lagi ternyata struktur pintu anus dan jaringan ototnya bagus. Dokter berkata hanya perlu tiga bulan pemulihan saja, kelak bisa seperti anak-anak normal lainnya mengalami perasaan buang air besar.

Akan tetapi pemulihan berikutnya – memperlebar lubang anus, juga merupakan sebuah ujian berat. Saat mulai dilakukan, aku dan isteri sama-sama tak berani melakukannya. Kami saling menunjuk siapa yang akan memasangnya. Karena siapapun tidak akan tega membiarkan selang sepanjang 10 cm dan selebar 1 cm dimasukkan ke dalam pantat puteri kami. Walaupun waktunya hanya berlangsung 10 detik, sebanyak dua kali sehari dan pada setiap minggu ukuran selangnya akan semakin besar. Pada saat mulai dipasang, puteri kami menangis karena kesakitan hebat dan baru berhenti ketika selang dicabut. Sampai akhirnya dia tidak menangis lagi walaupun selang yang dimasukkan ke dalam pantatnya itu selebar 1,5 cm, bahkan sepatah suara pun tidak keluar dari mulutnya. Sungguh ini berkat Tuhan. Kalau bukan Tuhan yang berikan kekuatan sebesar ini, kami tidak tahu apakah mampu melewatinya atau tidak!

7 bulan kemudian, saat Ya Ya mulai bisa duduk, kami mulai mengajari dan melatihnya memakai pispot. Karena anak ini punya kebiasaan sembelit. Setiap kali merasa baru ingin buang air besar kalau sudah lewat 3 atau 5 hari. Selain setiap hari harus minum obat pelunak tinja agar buang air besarnya lunak, juga harus melatihnya buang air besar: Kalau kotorannya tidak bisa keluar, aku membantunya mengeluarkannya dengan jari tanganku. Demikianlah tali kasih di antara kami terjalin semenjak menemaninya memakai pispot.

Peristiwa ini menyadarkan kami bahwa percaya kepada Tuhan Yesus sungguh baik. Semula dalam keadaan tak berdaya sekarang malah penuh dengan anugerah. Tuhan juga tidak membiarkan kami suami isteri saling menyalahkan satu sama lain, malah sebaliknya membuat kami sekeluarga makin erat bersamaNya. Bersandar di bahuNya. Dua tahun kemudian, Tuhan mengaruniai lagi kami seorang putera – NOAH, seorang anak yang sehat dan normal. Pada saat-saat Natal, mengenang kembali 5 tahun sudah Tuhan memimpin hidup kami. Hanya ada rasa terima kasih yang tak ada habisnya. Dalam kesempatan ini, aku ingin membagikan kepada anda semua kado ulang tahun yang pertama untuk Ya Ya sebagai berikut:

Baby! Betapa Sayang Kami Padamu

Sejak Tuhan menganugerahkan kehidupan untukmu,
di dalam kandungan ibumu sepuluh bulan lamanya,
di dalam hati kami penuh dengan sukacita,
walau terhalang kulit perut, kami kerap bernyanyi untukmu.

Saat kelahiranmu banyak hal sudah kami alami.
Sebuah operasi membuat kami belajar,
menyerahkanmu seutuhnya di dalam tanganNya.
OH baby! Betapa sayang kami padamu.

Engkau begitu manis dan pintar,
begitu lucu dan menggemaskan.
Walau sungguh tidak mudah membesarkanmu,
Tetapi hati ini senang dan ikhlas.

Setengah bulan laksana satu hari.
Baik ASI maupun dot susu kau tak pernah rewel.
Walau buang air besarmu masih bermasalah,
kami telah menyerahkannya ke dalam tangan Tuhan.

Setiap kali tidur kau selalu ingin di dekat kami,
sampai rambut dan tubuhmu basah keringat.
Setiap hari menemanimu bermain,
mengajarimu tentang kehidupan.

Sepasang matamu yang lincah,
bagaikan bintang yang menggantung di angkasa.
Semoga hari-harimu selalu bahagia,
seumur hidupmu tetap cinta pada Tuhanmu


                                                                                      oo0oo


Diterjemahkan oleh  : Laniwaty Roesli.
Diambil dari majalah: Yu Zhou Guang (Cosmic Light).
Terbitan/Edisi          : November 2006 Vol.33 No.391.

No comments:

Post a Comment