Contoh terjemahan 2 (dari Bahasa Mandarin ke dalam Bahasa Indonesia):
Teks asli (dalam Bahasa Mandarin - Tulisan Tradisional):
Hasil Terjemahanku (dalam Bahasa Indonesia) :
Kesaksian sebuah keluarga di
Taiwan:
ANUGERAH DI BALIK SEBUAH MUSIBAH
Dokter memberitahu kami: Your baby, everything is fine except no Poo Poo Hole (bayi penderita kelainan
tanpa lubang anus). Mendengar berita ini, serasa pandanganku mendadak menjadi gelap
semua. Nafas menjadi sesak. Aku terhuyung mundur beberapa langkah, jatuh
terduduk di atas kursi….
Setiap kali merayakan Natal, pada saat lagu Malam
Kudus berkumandang, aku tidak bisa melupakan malam itu, malam saat bayi
kami lahir…
Sehari sebelum hari Natal, pada pukul 18.00 malam, aku masih berada
di ruang rekaman. Aku sedang melakukan pekerjaan mixing suara. Saat itu, isteriku menelpon bahwa rasa sakitnya timbul setiap lima menit sekali.
Aku segera melarikan mobil pulang ke rumah. Setelah menelan beberapa suap nasi,
aku langsung buru-buru mengepak pakaian dan keperluan untuk opname dan memasukkannya
ke dalam mobil serta langsung melarikannya ke Rumah Sakit Anak SAN FRANCISCO.
Keesokan harinya, kira-kira pukul 03.30 subuh, isteriku dibawa ke
dalam kamar bersalin. Pada
waktu itu, di dalam hatiku ada perasaan gembira juga rasa takut. Gembira karena
sebentar lagi akan melihat rupa darah dagingku, takut karena aku belum pernah
mengabadikan peristiwa kelahiran seorang bayi. Begitu sampai di kamar bersalin,
aku segera memasang dan mengatur kamera rekaman serta dua perangkat kamera,
bersiap-siap mengabadikan secara lengkap peristiwa bersejarah ini. Bidan
melihat bahwa rasa sakit sudah mencapai puncaknya, lalu meminta pasien mulai
mendorong dengan sekuat tenaga. Dan tugasku adalah dengan satu tangan terus
menggengam erat tangan isteriku sedangkan satu tangan lagi mengatur ketiga buah kamera tersebut. Bahkan aku
masih sempat membasahi bibir isteriku yang kering pecah dengan potongan es. Pada saat bidan berteriak:
1,2,3,…..10,
tahan napas, dorong sekuat tenaga, PUSH!
Aku tidak hanya ikut melakukannya,
melainkan juga mengulangi kata-kata instruksi bidan tersebut dengan bahasa
Mandarin. Aku malah meminta isteriku menirukan cara aku mengajari murid-muridku
menyanyi mengeluarkan suara lewat Dan Tian (beberapa cm di bawah pusar). Sampai
kira-kira pukul 06.00 pagi, sudah mulai kelihatan kepala bayi. Saat itu dokter
juga sudah datang, dan semua peralatan pun sudah dipersiapkan.
Satu jam berikutnya adalah puncak
proses persalinan. Di seluruh ruang persalinan dipenuhi oleh suara-suara
melengking dari tiga orang wanita dan seorang pria (dokternya seorang wanita).
Teriak-teriakan memberi semangat serta suara-suara instruksi dari angka 1
sampai dengan 10 terus menerus terdengar. Dari Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin,
bahkan sampai terdengar sepatah dua patah kata Bahasa Kanton [dokternya adalah
orang Guang Dong (Cantonnese). Sampai pukul 07.05 pagi, akhirnya kami
mendengar suara kelima.
Wa wa wa…. Bayinya sudah lahir!
Melihat
saat-saat sang bayi meluncur keluar, saking terharunya aku berteriak-teriak:
Baby, baby, it’s a
baby!
Dengan satu
tangan masih menggengam erat tangan isteriku dan satu tangan lagi memegang kamera, dengan
antusiasnya aku memotret. Bahkan pada waktu dokter memintaku memotong tali
pusarnya, tanganku yang satu lagi masih terus memegang kamera yang masih
merekam. Karena itulah aku dipanggil oleh sang dokter (Mr. Do It All).
Pada saat sang dokter menjahit luka persalinan isteri, aku berdiri
di samping dengan gembiranya bermain-main dengan bayi perempuanku. Dua jam kemudian, dokter spesialis
anak datang untuk memeriksa bayiku. Sungguh tak kusangka dia berkata seperti
ini kepada kami:
Bayi
kalian sehat hanya saja tidak memiliki lubang anus!
Setelah melalui perjuangan
yang susah payah mengandung selama sepuluh bulan lamanya serta penderitaan semalam
suntuk dengan cucuran darah, mendengar berita ini mendadak saja pandanganku
menjadi gelap. Napas menjadi sesak. Aku terhuyung-huyung mundur beberapa
langkah, dan jatuh terduduk di atas kursi. Pada waktu itu aku bisa merasakan
seperti apa rasanya penyakit Lemah Jantung yang orang-orang sebut itu.
Pada saat itu hatiku seperti terperosok jatuh ke dalam lembah yang dalam.
Sungguh tidak berani membayangkan langkah selanjutnya yang harus kuambil. Atau
bisa juga dikatakan, aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi apa yang akan
terjadi nanti. Aku yakin sekali isteriku pada saat itu juga pasti mempunyai
perasaan yang sama sepertiku.
Dengan cepat bayiku dimasukkan ke
dalam ruang perawatan. Dokter dan perawat datang menghiburku:
Rumah
sakit ini sudah seratus tahun lebih menghadapi dan mengalami berbagai macam
penyakit yang sulit dan berat, dan lagi kami mempunyai dokter spesialis bedah
anak yang paling baik di seluruh Taipeh.
Aku
berdiri di dalam ruang perawatan. Yang terlihat di depan mataku semuanya adalah
bayi-bayi yang bermasalah. Ada yang pertumbuhannya abnormal, ada yang lahirnya
prematur. Sebagian besar dari mereka tinggal di dalam inkubator. Terlihat bayiku
pun ada di antara mereka. Malah dipasangi selang pada saluran pencernaannya,
juga ada selang infus. Melihat ini aku tidak bisa lagi mengendalikan
perasaanku. Aku pun menangis. Karena tubuh isteriku masih lemah, hari-hari
pertama aku sendirian bolak-balik kamar pasien dan ruang perawatan. Rencana
semula yang sudah bersiap-siap menelpon mengabarkan kabar gembira kepada semua
orang akhirnya batal. Sekarang berubah menjadi permohonan doa dari orang-orang.
Tidak henti-hentinya aku bertanya kepada Tuhan:
Tuhan, mengapa? Mengapa aku begitu setia
melayaniMu, putriku justru mengalami keadaan yang paling ditakuti oleh
orang-orang Tionghoa yakni begitu dilahirkan tidak memiliki lubang pantat!
Salah-salah orang-orang akan mengira kami telah melakukan hal-hal yang tidak
bermoral!
Aku dan isteri tidak henti-hentinya berdoa di
hadapan Tuhan. Memohon kepadaNya agar selalu mengingatkan kami, mengampuni
semua dosa kami. Kami takut kami telah menyakiti hati Tuhan sehingga kami
dihukum olehNya. Pada waktu itu di dalam hatiku muncul Mazmur 139 yang
berbunyi:
[Sebab
Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku].
Sampai hari kedua, kasih karunia Tuhan berupa damai sejahtera secara luar biasa
melingkupi kami. Di dalam hati muncul lagi dua ayat Alkitab yang berbunyi:
[Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam
segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kamu], [Karena semua yang diciptakan
Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan
syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa].
Menyadari ini semua, aku segera berlutut di hadapan Tuhan dan berkata:
Tuhan, semua makhluk adalah
ciptaanMu, seluruh napas hidup kami adalah karuniaMu. Terima kasih Engkau telah
memberikan Ya Ya – puteri kami, bagaimanapun rupa yang diberikan kepadanya, aku
tetap berterima kasih kepadaMu.
Setelah selesai berdoa, aku merasa sangat
lega. Maka dengan jelas aku dapat mendengar Tuhan berkata kepadaku:
Aku ingin pada saat dia lahir,
serahkanlah dia ke dalam tanganKu. Biarkan dia selama hidupnya berjalan di
dalam Firmanku.
Bukan hanya itu, ketika Bapak Pendeta datang
mendoakan Ya Ya juga mendapatkan petunjuk – Tuhan ingin puteriku begitu lahir
sudah mengalami tantangan yang begitu berat, kelak pasti akan ada hikmah yang
besar. Ketika kabar Ya Ya akan mulai dioperasi tersebar di kalangan jemaat
gereja, tidak tahu ada begitu banyak sahabat yang memohon berkat dan berdoa
baginya. Kami sungguh-sungguh sangat berterima kasih kepada Tuhan, yang telah
membuat Ya Ya mendapatkan begitu banyak perhatian sejak dilahirkan.
Setelah selesai dioperasi, puteriku masih harus
mengandalkan bantuan alat pernapasan selama dua hari. Akan tetapi operasi
berjalan sangat sukses. Dia pada hari yang kelima sudah bisa minum ASI ibunya
secangkir kecil untuk yang pertama kalinya. Ternyata bagian bawah poros ususnya
salah masuk ke dalam lubang saluran pembuangan air kencing. Setelah dioperasi,
poros ususnya sudah tersambung kembali seluruhnya dengan pintu anus. Ditambah
lagi ternyata struktur pintu anus dan jaringan ototnya bagus. Dokter berkata
hanya perlu tiga bulan pemulihan saja, kelak bisa seperti anak-anak normal
lainnya mengalami perasaan buang air besar.
Akan tetapi pemulihan berikutnya – memperlebar
lubang anus, juga merupakan sebuah ujian berat. Saat mulai dilakukan, aku dan isteri sama-sama
tak berani melakukannya. Kami saling menunjuk siapa yang akan memasangnya.
Karena siapapun tidak akan tega membiarkan selang sepanjang 10 cm dan selebar 1
cm dimasukkan ke dalam pantat puteri kami. Walaupun waktunya hanya berlangsung
10 detik, sebanyak dua kali sehari dan pada setiap minggu ukuran selangnya akan
semakin besar. Pada saat mulai dipasang, puteri kami menangis karena kesakitan
hebat dan baru berhenti ketika selang dicabut. Sampai akhirnya dia tidak
menangis lagi walaupun selang yang dimasukkan ke dalam pantatnya itu selebar
1,5 cm, bahkan sepatah suara pun tidak keluar dari mulutnya. Sungguh ini berkat
Tuhan. Kalau bukan Tuhan yang berikan kekuatan sebesar ini, kami tidak tahu
apakah mampu melewatinya atau tidak!
7 bulan kemudian, saat Ya Ya mulai bisa duduk,
kami mulai mengajari dan melatihnya memakai pispot. Karena anak ini punya
kebiasaan sembelit. Setiap kali merasa baru ingin buang air besar kalau sudah
lewat 3 atau 5 hari. Selain setiap hari harus minum obat pelunak tinja agar
buang air besarnya lunak, juga harus melatihnya buang air besar: Kalau
kotorannya tidak bisa keluar, aku membantunya mengeluarkannya dengan jari
tanganku. Demikianlah tali kasih di antara kami terjalin semenjak menemaninya
memakai pispot.
Peristiwa ini menyadarkan kami bahwa percaya
kepada Tuhan Yesus sungguh baik. Semula dalam keadaan tak berdaya sekarang
malah penuh dengan anugerah. Tuhan juga tidak membiarkan kami suami isteri
saling menyalahkan satu sama lain, malah sebaliknya membuat kami sekeluarga
makin erat bersamaNya. Bersandar di bahuNya. Dua tahun kemudian, Tuhan
mengaruniai lagi kami seorang putera – NOAH, seorang anak yang sehat dan normal.
Pada saat-saat Natal, mengenang kembali 5 tahun sudah Tuhan memimpin hidup
kami. Hanya ada rasa terima kasih yang tak ada habisnya. Dalam kesempatan ini,
aku ingin membagikan kepada anda semua kado ulang tahun yang pertama untuk Ya
Ya sebagai berikut:
Baby!
Betapa Sayang Kami Padamu
Sejak Tuhan menganugerahkan kehidupan untukmu,
di dalam kandungan ibumu sepuluh
bulan lamanya,
di dalam hati kami penuh dengan
sukacita,
walau terhalang kulit perut, kami kerap
bernyanyi untukmu.
Saat kelahiranmu banyak hal sudah kami alami.
Sebuah operasi membuat kami belajar,
menyerahkanmu seutuhnya di dalam
tanganNya.
OH baby! Betapa sayang kami padamu.
Engkau begitu manis dan pintar,
begitu lucu dan menggemaskan.
Walau sungguh tidak mudah membesarkanmu,
Tetapi hati ini senang dan ikhlas.
Setengah bulan laksana satu hari.
Baik ASI maupun dot susu kau tak pernah rewel.
Walau buang
air besarmu masih bermasalah,
kami telah
menyerahkannya ke dalam tangan Tuhan.
Setiap kali tidur kau selalu ingin di dekat
kami,
sampai rambut dan tubuhmu basah
keringat.
Setiap hari menemanimu bermain,
mengajarimu tentang kehidupan.
Sepasang matamu yang lincah,
bagaikan bintang yang menggantung
di angkasa.
Semoga hari-harimu selalu bahagia,
seumur hidupmu tetap cinta pada
Tuhanmu
oo0oo
Diterjemahkan
oleh : Laniwaty Roesli.
Diambil dari majalah: Yu Zhou Guang (Cosmic Light).
Terbitan/Edisi : November 2006 Vol.33 No.391.
No comments:
Post a Comment