Menjadi penerjemah itu tidak gampang. Menjadi penerjemah itu butuh bakat. Menjadi penerjemah itu butuh keahlian khusus yang tidak semua orang bisa miliki. Menjadi penerjemah itu tidak sekedar mengalihkan bahasa. Menjadi penerjemah itu butuh ketekunan. Menjadi penerjemah itu butuh kesabaran yang tinggi. Apalagi mau menjadi penerjemah yang baik dan profesional lebih susah lagi. Syaratnya lebih banyak dan lebih sulit. Menjadi penerjemah itu perlu belajar terus-menerus. Yang tidak suka belajar, jangan harap bisa menjadi penerjemah yang baik. Banyak yang mau coba belajar, akan tetapi di tengah jalan sudah bosan atau menyerah. Jadi memang jadi penerjemah itu susah.
Kesimpulannya adalah tidak semua orang bisa menjadi penerjemah, walaupun punya niat !
Belajar untuk menjadi penerjemah itu juga butuh effort yang tinggi. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi penerjemah dokumen, penerjemah adalah satu-satunya profesi yang punya kesempatan untuk bisa mempelajari semua bidang ilmu secara luas.
Menjadi
penerjemah dokumen, membuka kesempatan kita untuk mempelajari semua
bidang ilmu secara spesifik. Dokumen yang kita terjemahkan bersumber
dari berbagai bidang ilmu. Ada bisnis, pertambangan, power plant, akuntansi, keuangan, medikal, agama, film, game, buku fiksi, perkapalan, dsb. Misalnya kalau kita sedang menerjemahkan dokumen bisnis, sekalian juga kita bisa belajar tentang bisnis dan istilahnya. Demikian juga misalnya kalau kita menerjemahkan dokumen pertambangan, kita juga sekalian bisa memahami seluk beluk tentang pertambangan dan istilahnya.
Kesimpulannya, profesi penerjemah itu kaya akan ilmu, loh. Itu kalau profesi ini benar-benar ditekuni dengan serius.
Jadi menjadi penerjemah itu adalah sebuah kebanggaan. Makanya, sebagai penerjemah kita harus menghargai profesi kita. Profesi kita bukan profesi sembarangan yang bisa disepelekan begitu saja. Selayaknya kita menghormati dan menghargai profesi kita. Orang lain saja mau menjadi penerjemah juga belum tentu bisa. Masa kita yang sudah jadi penerjemah meremehkan profesi kita sendiri?
Ironisnya, di kalangan para penerjemah sendiri ada juga yang masih tidak merespek profesinya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan sikapnya dan tindakannya yang cenderung mencoreng reputasinya sendiri serta mencemarkan citra terhormat dari seorang penerjemah.
Contohnya seperti apa?
Banyak !
Mengenakan tarif penerjemahan yang super murah meriah demi menarik klien. Menerima job murah dengan mengejar target penerjemahan dengan bergadang setiap malam. Mengiyakan target waktu penerjemahan yang tidak wajar dan tidak manusiawi demi uang. Merayu klien dengan iming-iming waktu penyelesaian yang super cepat tapi dengan kualitas penerjemahan yang super buruk. Tidak perduli dengan kualitas penerjemahan, yang penting banyak klien. Membagi-bagikan pekerjaan kepada rekan penerjemah yang lain demi mengejar target, sehingga didapat hasil berupa satu dokumen lima otak!
Apa yang dimaksud dengan satu dokumen lima otak?
Ilustrasinya begini:
Karena waktu yang mepet, pekerjaan itu dibagikan kepada 5 orang penerjemah untuk mengerjakannya. 5 orang mengerjakan 1 dokumen. 5 orang berarti 5 otak. 5 orang penerjemah dengan otak dan tingkat keahlian yang berbeda-beda, dengan integritas yang berbeda pula, mengerjakan 1 dokumen yang sama. Jadi kalau ada 1 orang yang pintar, 1 orang yang lumayan pintar dan 2 orang yang bodoh. Anda bisa bayangkan, hasil terjemahan seperti apa yang bisa diperoleh? 5 orang penerjemah dengan 5 istilah yang berbeda untuk 1 kata. Padahal katanya cuma satu, tapi istilahnya bisa ada 5. Karena dokumen itu dikerjakan oleh 5 orang ! Mana mungkin sama istilahnya!
Kalau anda menjadi klien dari penerjemah itu, bingung tidak anda membaca hasil terjemahan dari dokumen anda? Pasti anda bingung. Sekali baca saja, sudah ketahuan pekerjaan itu dikerjakan secara keroyokan. Karena target yang mepet, hasil terjemahan itu tidak ada editing lagi. Seharusnya mesti disunting dulu, kalau mau baik hasilnya. Tapi karena waktunya mepet, bagaimana mau disunting? Lagipula siapa yang mau menyunting? Tidak ada! 5 orang penerjemah itu hanya bertanggungjawab atas hasil penerjemahannya masing-masing. Siapa yang perduli hasil terjemahan orang lain?
Kalau hasil terjemahannya seperti itu, apakah klien itu masih mau memberi pekerjaan lagi?
Jelas tidak!
Bagaimana dengan reputasi para penerjemah itu?
Jelas, di mata klien buruk image-nya!
Akan tetapi para penerjemah itu tidak perduli, karena bagi mereka yang penting mereka bisa mendapat job dan uang. Lain-lainnya itu tidak penting!
Inilah yang penulis maksud dengan satu dokumen lima otak. Paham?
Sikap dan tindakan seperti inilah yang akan mencoreng citra terhormat dari seorang penerjemah. Seorang penerjemah yang baik dan profesional tidak akan melakukan hal seperti ini. Yang mau berbuat seperti ini adalah penerjemah yang tidak menghargai profesinya. Istilahnya penerjemah abal-abal.
Sayang sekali, di dunia ini banyak penerjemah abal-abal yang seperti ini !
Inilah salah satu sebab kenapa sampai sekarang profesi penerjemah masih banyak disepelekan orang. Jangankan orang awam, si penerjemah sendiri meremehkan profesinya sendiri. Jadi bagaimana orang lain bisa menghargai anda, kalau anda sendiri tidak menghormati dan menghargai profesi anda!
Sebab lain masih banyak, kenapa profesi penerjemah masih belum dihargai dengan selayaknya. Selain kelakuan para penerjemah abal-abal yang merusak citra penerjemah, di masyarakat kita sendiri juga masih banyak yang menganggap, bahwa profesi penerjemah itu kerjanya hanya sekedar mengalihkan kata-kata saja. Jadi di mata mereka, menerjemah itu bukanlah pekerjaan yang sulit-sulit amat. Bahkan anggapan mereka, di google translate saja juga bisa kok. Yah, itu anggapan masyarakat awam yang kurang mengerti tentang seluk-beluk pekerjaan penerjemah.
Padahal pekerjaan penerjemah itu sebenarnya bukanlah sekedar mengalihkan arti dari kata-kata saja, melainkan yang tepat sebenarnya adalah menerjemahkan dan menyampaikan arti, maksud dan isi dari sebuah dokumen dengan mengalihkannya ke dalam bahasa yang lain secara benar dan tepat, agar si pembaca bisa memahami apa isi dari dokumen yang diterjemahkan itu. Jadi bukan sekedar mengalihkan arti dari kata-kata saja.
Jadi inilah tugas dan fungsi dari seorang penerjemah. Dia harus bisa menyampaikan maksud dan isi dari dokumen itu secara tepat dan akurat lewat hasil penerjemahannya itu. Kalau dia tidak bisa menerjemahkannya secara akurat dan tepat, maka dia bukanlah seorang penerjemah yang baik.
Jadi sulit tidak menjadi seorang penerjemah yang baik?
Sulit !
Yang bilang itu gampang, pasti dia penerjemah abal-abal. Karena penerjemah abal-abal itu bekerja tidak pakai riset. Mereka tidak mau bersusah payah menghabiskan waktu mereka untuk riset mencari mana istilah-istilah yang tepat untuk pekerjaannya. Karena untuk melakukan itu, perlu waktu yang tidak sedikit. Kalau pekerjaannya lama, mereka takut ditolak oleh klien dan takut tidak mendapat uang. Jadi ujung-ujungnya uang lagi...uang lagi....!
Sampai sekarang persepsi masyarakat kita masih banyak yang seperti ini. Jadi biar ada daya upaya untuk mengangkat harkat dan martabat penerjemah, akan tetapi hasilnya masih belum terasa dan tampak.
Sedih juga melihat kondisi seperti ini. Tapi yah apa boleh buat, memang keadaannya seperti ini sekarang.
Yang bisa penulis lakukan hanyalah berusaha bekerja dengan sebaik mungkin, berusaha menjaga reputasi dan nama baik, berusaha meyakinkan perusahaan bahwa dengan target waktu dan tarif yang wajar, mereka bisa mendapatkan hasil penerjemahan yang baik dan berkualitas. Penulis berusaha menunjukkan dan membuktikan bahwa profesi penerjemah adalah profesi yang layak untuk dihormati, dihargai dan tidak boleh disepelekan begitu saja. Hanya ini yang bisa penulis lakukan.
Penulis hanya bisa menghimbau kepada semua rekan penerjemah. Bekerjalah dengan integritas dan tunjukkanlah kepada klien dan perusahaan, bahwa kita bukanlah penerjemah yang boleh disepelekan. Hanya dengan cara ini, mungkin suatu saat profesi penerjemah bisa naik ke tingkat yang lebih terhormat. Bisa dihargai dengan selayaknya seperti misalnya, profesi dokter, pengacara, konsultan, geologist, pilot pesawat, CFO, CEO dan profesi-profesi lainnya yang lebih dihargai di masyarakat.
Dengan fenomena seperti ini, wajar saja sekarang banyak juga penerjemah yang punya profesi lain. Misalnya, bekerja di perusahaan sembari menyambi sebagai penerjemah. Menurut penulis, hal ini sah-sah saja. Penulis sendiri mendukung upaya seperti ini. Kenapa tidak? Selagi profesi penerjemah belum mendapatkan tempat yang layak di masyarakat, kenapa tidak mencoba profesi yang lain, kalau mampu?
Banyak yang bisa dilakukan oleh penerjemah. Selain bisa bekerja di perusahaan, penerjemah juga bisa mengajar, mendirikan sekolah atau kursus, menulis buku sesuai dengan keahliannya, menjadi dosen, bahkan menjadi pengusaha kecil-kecilan. Apa pun bisa dicoba dan digeluti asalkan positif. Akan tetapi, ingatlah tetap menjadi penerjemah yang baik, profesional dan berintegritas !
Penulis percaya, di masyarakat kita masih banyak penerjemah-penerjemah yang baik dan berintegritas. Penulis juga yakin, bahwa suatu saat fenomena ini bisa berubah. Karena zaman juga terus-menerus berubah. Penulis percaya, walau bagaimana pun, yang akan tetap dipakai terus adalah orang yang senantiasa menjunjung integritas dalam bekerja.
Selamat berjuang para penerjemah !
Sumber Gambar: https://sogou.com
********
No comments:
Post a Comment